Bukan Orang Ketiga

Pernahkah kau menyukasi seseorang tapi tidak mampu menunjukkannya?? Itu aku. Kebanyakan orang ketika menyukai seseorang, ia akan mencari - cari kesempatan untuk dekat dengannya. Seperti temanku Rangga dan Merry. Aku iri melihat mereka. Bagaimana Merry diperlakukan oleh Rangga dan bagaimana hari - hari Merry dipenuhi Rangga Rangga dan Rangga. Posisiku sebagai sahabat Merry pun mulai tegusur. Aku kesal dengan Rangga karena dia telah mengambil sahabatku. Tapi aku pun tidak tahu bagaimana menunjukkan kesanku pada Merry bahwa waktunya terlalu banyak untuk Rangga daripada denganku. Aku rindu saat - saat kami pergi dan menghabiskan waktu bersama. Tapi aku bukan tipe orang yang ketika cemburu, aku mampu mengungkapkan itu dan aku tahu ini bukan salah Merry. Karena aku ini malu dan bisa dibilang terlalu gengsi untuk mengakui kalau aku cemburu dengan Rangga sehingga Merry tidak tahu perasaanku yang sesungguhnya.
Aku menyukai seseorang saat ini. Dia kakak kelasku. Tampangnya cukup tampan, tinggi, putih, namun sedikit kurus memang. Aku tidak tahu mulai kapan aku menyukainya. Padahal kesan pertama ku adalah kesal karena saat games di sekolah, aku kalah dan dia yang menghukumku. Tapi sejak saat itu kami jadi sering bertemu karena kami sama - sama OSIS di SMA. Ya, dia ketua OSIS ku. Aku kagum dengan cara bicaranya, bagaimana dia menjelaskan rencana kerja kami, dan yang paling aku sukai adalah matanya. Aku tidak tahu mulai kapan aku suka melihat matanya. Tapi aku takut ketika matanya melihat mataku juga. Aku langsung tertunduk dan mengalihkan pandanganku. Mungkin saat itu aku bermaksud mengatur denyut jantungku dan keringatku yang tiba tiba tidak bisa kukendalikan.
Kau tahu, bagaimana caraku menyukainya?? Kau pasti berpikir kalau aku akan sering ngobrol dengannya atau tiba tiba sms dia. Tapi sebaliknya, aku justru selalu menghindari saat saat aku harus bertemu dengannya. Kau tahu kenapa? Karena aku merasa tidak pantas untuknya. Dia adalah idola teman - temanku. Sosok cowok sempurna yang baru aku temui. Sedikit bocoran, aku ini mudah jatuh cinta namun hanya padanya, hatiku ini diam seolah tidak mau berpindah. Rasanya menyakitkan memiliki perasaan ini dan aku ingin membuangnya. Terlebih temanku menyukainya. Aku tidak mungkin akan menyakiti perasaan temanku dan ini yang makin menyikasaku.
Kau tahu? Pernah sekali temannya berkata padaku bahwa dia memujiku. Dan yang paling mengherankan, setelah aku mendengarnya, selama 3 hari lebih aku seperti mendapat kekuatan yang melimpah - limpah. Perasaanku jadi bimbang, senang, penasaran, dll. Aku senang karena dia ternyata memperhatikanku tapi aku khawatir kalau dia hanya membohongiku. Temanku itu pun tiap hari menggodaku dengannya. Tapi reaksiku justru marah dan bukannya malu. Kau tahu kenapa lagi? Karena aku takut kalau aku malu, itu artinya aku menunjukkan bahwa aku menyukainya dan aku takut kalau mereka hanya mempermainkanku. Tapi sekarang yang kupikirkan, aku takut temanku itu berkata pada dia kalo aku ini tidak menyukai ketika digoda dengannya. Ya, mungkin dia tidak akan tahu betapa senangnya aku digoda dengannya. Jam berapa aku tidur hanya untuk memikirkannya dan mengontrol perasaan yang meluap luap akibat dia??
Dan sekarang, jangan harap hubungan kami ini berlanjut karena memang tidak pernah dimulai. Aku merasa kami makin canggung. Dan akhir akhir ini aku tahu dia sedang dekat dengan anak lain. Sebaya denganku memang. Kami sama sama anggota OSIS dan saling mengenal tapi cewek ini pasti tidak tahu bagaimana aku memendam perasaan ini. Teman temanku tidak ada yang tahu hubungan mereka tapi bisa dibilang aku ini paling peka urusan seperti ini. Aku tahu mereka sedang dekat meski ketika aku tanya teman temannya, mereka tidak ada yang tahu. Aku ingin menangis tapi air mata ini kering. Memangnya apa yang mau ditangisi? Aku hanya mencintai punnggungnya. Ya memang karena dia tidak pernah menoleh ke arahku. 
Sekarang aku kembali sendiri. Kau bisa bilang aku ini sungguh menyedihkan. Tapi orang seperti aku ini memang ada. Kau boleh bilang aku ini bodoh, karena memang aku ini bodoh. Kenapa sulit sekali menunjukkan secuil perasaanku?
Tak ada yang lebih menyakitkan daripada menatap kedua mata orang yang kamu cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul disana - Orang Ketiga
Mungkin kutipan novel itu cocok untuk perasaanku saat ini. Tapi yang aku tahu, aku bukanlah orang ketiga. Ya, karena aku tidak pernah masuk sebelumnya dalam hubungan mereka. Dan biarlah aku dengan perassaan ini. Mencintainya diam diam.

Salam,
Bukan Orang Ketiga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Persahabatan


     Untuk ukuran orang se-introvert aku, memulai dan mengakhiri pertemanan cukup sulit. Untuk orang - orang tertentu aku bisa begitu terbuka dan bertanya banyak hal dari perkenalan pertama. Tapi lebih sering aku yang diam dan hanya menunggu untuk ditanya. Aku yang dulu tidak seberani sekarang untuk membangun komunikasi. Aku tidak bermaksud menyalahkan keluargaku yang memang jarang membawaku bertemu orang banyak sehingga aku menjadi pemalu seperti sekarang. Sekarang sudah saatnya aku menjadi dewasa dan masa lalu tidak lagi berhak menentukanku menjadi seperti apa. Aku ingin menjadi diriku sendiri meski aku tidak tahu seperti apa diriku yang sebenarnya. Yang kutahu, ada satu sisi dalam diriku yang begitu jahat dan dingin. Tapi aku tidak pernah menunjukkan sisi itu secara langsung karena mereka hanya bermain - main dalam pikiranku. 
      Bagaimana cara membina hubungan dengan baik? Orang yang sebenarnya dekat denganku justru malah aku tinggalkan dan aku ingin dekat dengan orang yang kuanggap bisa jadi sahabat yang justru malah akhirnya meninggalkan aku. Aku merasa gagal dalam membangun sebuah hubungan persahabatan. Aku tidak tahu mana yang akan setia dan mana yang akan pergi. Justru aku menyia - nyiakan orang yang sebenarnya selalu ada buatku dan pergi mencari orang lain yang terlihat WOW. 
     Kadang aku merasa takut. Takut pada perubahan. Ketika aku sudah cocok dengan seseorang, aku takut orang itu akan mengenal orang baru dan meninggalkanku. Tapi aku tidak pernah bisa menyampaikan apa yang aku rasa. Mulutku selalu membisu dan aku hanya diam ketika temanku meninggalkanku. Mereka mengira aku ngambek dan memang itu aku. Aku yang cemburu karena dia memilih orang lain dibanding aku. Aku baru sadar kalau cemburu tidak hanya datang pada orang yang menjalin kisah asmara tapi juga pada persahabatan. 
     Aku hanya takut dimanfaatkan. Perasaanku ini milikku sendiri. Jadi ini kewajibanku untuk menjaganya agar tidak sakit. Sudah berapa kali banyak orang memanfaatkanku disaat mereka butuh dan meninggalkanku saat aku yang butuh. Ini mungkin yang membuatku seperti ini. Ketika mereka ingin berteman dengan orang lain, aku memutuskan meninggalkannya agar dia tidak mencariku lagi ketika teman barunya meninggalkannya dan sadar bahwa aku ini orang yang ada untuknya dan merupakan kesalah meninggalkanku. Tapi aku tahu pikiran ini begitu sombong. Tidak semua temanku itu meninggalkanku sebenarnya tapi mereka hanya ingin mengenal orang baru. Tapi kecemburuanku ini begitu tidak terarah sehingga pikiran jelek selalu menyerang dan doktrin mereka meninggalkanku yang tumbuh,
     Ketika dia memilih orang lain, yang dipikiranku hanyalah kalau dia bahagia dengan orang lain, tidak apa kalau aku sendiri dan membuatku terlihat seperti orang yang perlu dikasihani karena ditinggalkan dan temanku itu sebagai tersangka yang jahat karena meninggalkanku. Tapi itu justru membuatku menjauh dari temanku itu. Aku jadi dingin ketika bicara dengannya. Dan akhirnya dia mengira aku yang berubah dan benar - benar meninggalkanku. Itu mungkin kesalahan terbesar yang selalu aku lakukan berulang - ulang kali. Niatku hanya agar dia suka dengan teman barunya dan merasa nyaman tanpa mempedulikan aku dan mendapat kasihan tapi justru dia yang mengira aku berubah dingin padanya dan akhirnya dia benar - benar pergi.
     Aku takut Tuhan kalau teman - temanku berubah. Tapi aku tahu kalau mereka pasti berubah. Tidak mungkin hanya aku yang mereka temui selamanya. Pasti akan banyak ada orang - orang baru dalam hidup mereka yang akan membuat mereka merasa nyaman juga. Tapi aku belum siap Tuhan. aku belum siap kehilangan. Egois sekali memang. Tapi aku juga mau berubah. Aku seringkali takut pada pertemuan karena selalu akan ada perpisahan. 
     Aku mau mengganti prinsip hidupku mulai sekarang. Tidak lagi minta dikasihani atau apapun. Hidup hanya sementara jadi tidak perlu berpikir terlalu dalam. Manusia akan selalu mengecewakan tapi hanya Tuhan yang tidak pernah membuatku kecewa. Karena itu aku mau berteman lebih banyak dengan orang sehingga ketika 1 orang pergi, aku akan punya 10 orang baru di sekitarku. Dan ketika orang itu lebih memilih orang lain, It's OK.. Aku akan belajar tetap baik padanya ketika dia meminta sesuatu dariku. Aku tidak ingin persahabatan ini rusak hanya karena orang baru. Aku mau menjadi dewasa meskipun sakit rasanya melawan hati dan pikiran. Dikasihani memang menyenangkan karena kamu akan melihat berapa banyak orang yang perhatian padamu Tapi rasa kasihan tidak berarti sayang. Jadi untuk melihat berapa orang yang sayang padamu, mulailah dengan bertanya pada diri sendiri berapa orang yang aku sayang..
     Mungkin aku bisa mengilustrasikan seperti ketika aku menggenggam tanganku sendiri dengan erat, ketika aku melepaskannya, aku justru merasa sakit. Namun jika aku menggenggamnya tidak dengan kuat sekali, aku tidak merasakan apa - apa. Dan mungkin seperti itulah caraku harus menggenggam dunia. Dunia ini hanya sementara dan tidak ada yang kekal. Suatu saat dunia ini perlahan - lahan akan meninggalkanku sendiri jadi aku memang tidak boleh memegang erat hal di dunia seperti persahabatan. Mulailah serahkan pada Tuhan karena dia yang akan menyertaiku sampai selamanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menjadi Pahlawan

Selasa malam kemarin aku baru saja menonton untuk yang kedua kalinya di Surabaya. Pilihan yang kutonton adalah Dark Night Rises atau Batman. Aku tidak ingin bercerita tentang bagus tidaknya film itu tapi ada satu bagian dalam film tersebut yang begitu membekas dan mengganggu pikiranku. Yaitu bagian dimana Mr. Wayne atau si Batman yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pahlawan meskipun hanya dengan memberikan mantel pada seorang anak kecil dan mengatakan bahwa dunia belum berakhir. Dan si anak kecil itulah yang ternyata tumbuh dewasa dan menjadi Batman.
Aku begitu terganggu dengan kata – kata ini. Ya, seringkali aku ingin menjadi seorang pahlawan yang menerima banyak pujian. Menjadi pahlawan yang terkenal dan populer. Tapi aku menjadi telah belajar sesuatu tentang bagaimana menjadi pahlawan yang sesungguhnya. Menjadi pahlawan tidak butuh orang yang kuat, pintar, tampan atau cantik, lincah, hebat dsb. Setiap orang bisa menjadi pahlawan. Tapi apa itu artinya pahlawan? Menurutku pahlawan adalah orang yang mampu membuat orang di sekelilingnya merasa aman dan nyaman. Tidak perlu punya kemampuan khusus seperti Spiderman, tidak perlu kuat seperti Superman, tidak perlu peralatan canggih seperti Batman untuk bisa disebut sebagai pahlawan. Tapi bagaimana orang itu memberikan “sesuatu” kepada orang lain.
Seringkali aku menganggap bahwa pahlawan harus melakukan sesuatu yang besar dan spektakuler. Itu tidak salah tapi seorang pahlawan tidak diukur seberapa besar “sesuatu” yang diberikan pada orang lain. Ketika memberi sepotong roti pada seorang nenek yang kelaparan, menjadi pendengar pada teman yang sedang bermasalah, memberikan mantel pada anak jalanan yang kedinginan juga sudah bisa disebut sebagai pahlawan. Sesuatu yang kecil memang yang diberikan tapi merupakan sesuatu yang besar yang diterima.
Ketika berbuat baik dalam hal kecil pada orang lain, seringkali aku lupa pada apa yang pernah aku lakukan tapi aku belajar percaya kalau orang yang menerima kebaikan itu akan selalu mengingatnya. Aku berkata seperti ini karena aku sendiri mengalaminya. Aku tidak ingat ketika mengingatkan temanku untuk membawa sesuatu ke sekolah dulu tapi aku baru ingat ketika dia mengucapkan terima kasih banyak padaku karena mengingatkannya sehingga ia tidak dihukum. Bagiku itu hal biasa saja tapi baginya itu adalah sesuatu yang berkesan. Coba ingatlah kapan terakhir kali kalian memberikan “sesuatu” pada orang lain. Tidak semua orang kembali padamu dan mengucapkan terima kasih pada apa yang sudah diberikan tapi pecaya saja kalau Tuhan yang melihat apa yang dilakukan itu dan kamu telah belajar menjadi seorang pahlawan yang berbesar hati.
Ini kutulis karena aku ingin mengucapkan terima kasih pada pahlawan – pahlawanku. Banyak sekali pahlawan dalam hidupku tapi mungkin aku akan bercerita beberapa saja. Tidak tahu mereka masih mengingatnya atau tidak tapi aku tidak pernah lupa pada “sesuatu” yang mereka berikan. Ketika SMA aku sedang dalam masalah, tanpa sadar aku menangis sambil memeluk teman perempuanku. Air mata mengalir begitu saja dan teman perempuanku ini hanya diam kupeluk. Bagiku dia adalah pahlawan saat itu karena aku hanya butuh orang untuk bersandar dan dia tahu dia hanya harus diam. Saat itu juga teman laki-laki ku melihatku menangis. Karena tidak tahan, aku berlari pulang. Tidak kusangka teman laki – laki ku itu menyusul ke rumahku. Yang mebuatku terharu, dia hanya bertanya kenapa aku menangis dan khawatir.  Saat itu aku merasa Tuhan sudah menunjukkan mana sahabat yang terbaik dan aku masih berteman dengan mereka sampai sekarang karena mereka yang menyadarkanku kalau aku tidak sendirian dan mereka terus menjadi pahlawanku.
Aku juga punya pahlawan lainnya. Dia adalah orang yang mau mendengarkan ceritaku dari awal sampai akhir. Tidak peduli hari sudah sore tapi dengan sabarnya dia hanya mendengarkan sambil sekali – kali memarahiku. Bagiku dia pahlawanku karena berkat dia, untuk pertama kalinya aku menceritakan masalahku dan berani terbuka selain itu, dia percaya padaku. Pahlawan lainnya adalah temanku di kuliahku ini. Ketika itu ban motor temanku kempes saat kupakai sehingga aku harus bertanggung jawab dengan menambalnya. Aku tidak kuat kalau harus membawa motor ke tukang tambalnya tapi ada temanku yang mau menemaniku. Bagiku dia juga pahlawanku. Mereka mungkin lupa apa yang mereka lakukan tapi aku selalu ingat apa yang mereka berikan padaku karena sangat berarti.
Sosok pahlawan yang kukagumi adalah mamaku. Mama yang berjuang sendirian menghidupi keluarga yang kubilang berantakan ini. Dua kakakku yang sudah seharusnya mandiri masih meminta uang dari mama. Meskipun karena terlalu bekerja kerasnya mencari uang, aku jadi tidak bisa merasakan hangatnya keluarga tapi aku tahu karena kebutuhan keluarga juga besar. Mama punya 5 orang adik dan aku tahu ceritanya kalau mama hanya bisa sekolah sampai SMA dan harus bekerja untuk membiayai adik – adiknya sekolah. Mama melepaskan cita – citanya menjadi dokter dan bekerja hingga adik – adiknya bisa sesukses saat ini. Tapi di tengah sibuknya mama, kadang mama bisa perhatian dan aku tahu hatinya. Hatinya yang ingin melihat anaknya sukses meneruskan mimpinya untuk hidup lebih baik.
Terima kasih para pahlawanku dan terus belajar menjadi pahlawan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebelum Terlambat (1)

Kalau kau menyayangi seseorang, katakanlah bahwa kau menyayanginya agar ia tahu betapa berharganya dia untukmu.
Kalau kau merindukan seseorang, katakanlah bahwa kau merindukannya agar ia tahu bahwa keberadaanya selalu kau inginkan.
Katakanlah apa yang kau rasakan lewat kata - kata dan tindakan.
Karena perbuatan cintamu akan selalu memiliki arti baginya.
Jangan pendam cinta untuk diri sendiri karena itu menyakitkan.
Menyakitkan ketika ia sudah pergi tanpa tahu ada orang yang peduli padanya.
Yang tertinggal hanya penyesalan karena rasa yang dipendam sendirian.


      Ketika SMP,  aku tidak memiliki teman sebangku. Semua teman yang aku kenal sudah memiliki teman sebangkunya sendiri. Sampai akhirnya ada seseorang yang mau menemaniku. Rambutnya merah keriting, matanya sendu, dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Dia seharusnya menjadi kakak kelasku tapi dia harus tinggal kelas dan sekelas denganku. Awalnya aku meremehkannya dan memilih teman lain yang menurutku lebih pintar darinya. Tapi menurutku yang lain palsu, mereka tidak tulus berteman denganku. Terkesan aku yang mengikuti mereka tapi mereka tidak mau memahami pendapatku.
     Dengan terpaksa pun aku dekat dengannya. Namanya Eve. Setahun lebih tua dariku tentu saja. Selain dengannya, aku juga dekat dengan anak lain yaitu Jessica dan Kezia. Kami selalu duduk berempat  depan belakang. Semakin lama aku mengenalnya, aku mulai memahami Eve. Orangnya sederhana dan tidak sombong meski sedikit pemalas memang dengan dandanan yang lusuh dan tatanan rambut acak - acakan.
     Setahun sudah aku berteman dengannya. Tapi, setahun dengannya itu aku menjadi orang yang jahat. Terkadang aku meninggalkannya duduk sendirian ketika aku ingin menemani temanku yang lain. Ya, dia sendirian. Tapi dengan sabarnya dia menungguku. Ketika dia ingin duduk dengan anak lain, aku merengek tidak mau sendirian dan dia mengalah untuk menemaniku. Egois memang diriku. Sangat egois. Terkadang aku juga memilih meninggalkannya demi temanku yang menurutku "lebih" kaya dan pintar. Tapi ketika aku sadar mereka tidak tulus padaku, aku kembali padanya dan dia menerimaku.
     Akhirnya aku naik kelas dan sekarang aku kelas 9 sehingga tidak lagi sekelas dengan Eve. Ada perasaan senang dan lega karena aku tidak lagi dengannya. Menurutku Eve terlalu sederhana dan aku berpikir dia tidak "seasik" teman yang lain. Meski begitu, aku dan Eve masih sering pulang bersama naik angkot. Aku sering seangkot dengannya meski akhirnya aku turun duluan. Aku masih dekat dengannya tapi hanya saat pulang sekolah. Selebihnya aku memilih temanku yang lain. 
     Di bulan Agustus, Eve berubah. Dia seperti tidak mengenalku dan aku tidak tahu kenapa. Ketika aku memanggilnya saat bertemu dengannya di tangga sekolah, wajahnya terlihat bingung dan dari wajahnya aku bisa menebak pertannyaan di pikirannya yang bingung pada sosokku. Aku bertanya - tanya apa yang salah denganku. Tapi aku tidak merasa sesuatu yang salah dalam diriku. Tapi akhirnya aku menganggap itu hanya kebetulan karena mungkin ada hal lain yang dipikirkannya sehingga ia kaget pada sapaanku. 
     Setelah kejadian itu, ia makin aneh dan menghindariku yang membuatku makin tidak mengerti. Aku bertanya pada Jessica dan Kezia dan mereka merasa hal yang sama. Tapi kami tidak terlalu ambil pusing. Aku bertanya pada Eve dan dia berjanji suatu saat akan menjelaskan padaku.
     Di bulan September, Eve mengajakku berbicara empat mata tentang perubahan sikapnya. Dan yang aku heran, ia mengenalkan dirinya sebagai sosok yang berbeda. Dia bilang dia punya kembaran dan orang yang aku temui tempo hari adalah kembarannya sehingga tidak mengenalku. Tentu saja aku tidak percaya pada ceritanya karena terlalu janggal. Yang aku heran, kenapa dia membuat cerita seperti itu. Dan waktu bicara denganku, tatapan matanya kosong. Aku takut melihatnya, sangat takut. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya karena aku tidak peduli sehingga ketika dia bertanya padaku apa percaya padanya, aku menjawab dengan enggan bahwa aku percaya meskipun hatiku bilang tidak.
     Tiba suatu hari, aku masih ingat kalau aku harus pulang sore dan dia pun demikian. Akhirnya aku pulang dengan Eve. Hari itu dia terlihat sungguh aneh dan manja padaku. Ia mengulur - ulur waktu pulang dan mengajakku ngobrol panjang lebar sehingga kepulangan kami tertunda. Aku kesal padanya karena banyak angkot yang sebenarnya bisa kami tumpangi tapi dilewatkannya dengan berbagai alasan. Tidak biasanya dia seperti itu karena dia bukan tipe pemilih. Aku semakin kesal dan menanggapi semua ceritanya dengan ketus. Ia berusaha mengajakku ngobrol lebih banyak dan aku hanya bisa marah - marah. Aku lelah seharian dengan kegiatan di sekolah dan ingin istirahat di rumah tapi dia menghambatnya. Akhirnya karena emosiku, aku naik angkot yang lain yang tidak sejurusan dengannya. Kutinggalkan dia sendirian disana. Kulihat matanya yang masih tetap sendu dan kesedihan di wajahnya tapi tidak kupedulikan. Ada sedikit rasa bersalah memang tapi aku diam.
     Esoknya aku datang ke sekolah seperti biasa tapi rupanya ada yang tidak biasa di sekolah. Suasana hening dan guru - guru yang biasanya tersenyum berjalan di lorong sekolah berubah raut wajahnya menjadi muram. Aku tersentak kaget mendengar cerita temanku. Aku ingin menangis tapi tidak bisa karena aku sulit mempercayainya. Dia tidak ada lagi disini. Sosok mata sendu dengan rambut merah keritingnya sudah tidak ada. Kakak yang sabar menghadapi keegoisanku sudah pergi. Orang yang terakhir kutemui itu pergi meninggalkanku. Untuk pertama kalinya dia meninggalkanku. 
     Hey! Aku tidak percaya ini. Mana mungkin orang yang beberapa jam lalu masih ngobrol denganku itu pergi. Sampai akhirnya guruku masuk kelas dan memberitakan pengumuman itu. Katanya Eve punya penyakit asma dan saat ia pulang dari sekolah, asmanya kumat dan ia sendirian di rumah sehingga tidak ada yang memberi pertolongan. Aku kaget karena aku yang setahun lebih berteman dengannya pun tidak tahu penyakitnya. Aku sama sekali tidak tahu ia punya sakit asma. Aku merasa aku ini egois sekali saat itu. Dia begitu peduli padaku tapi aku tidak peduli padanya. 
     Pagi itu juga aku Jessica dan Kezia dipanggil ke ruang BK. Terlihat Jessica dan Kezia menangis tak hentinya sedangkan aku, air mataku tidak mengalir sama sekali. Aku tidak tahu kenapa aku tidak menangis padahal temanku yang baru sekelas dengannya di kelas 9 pun menangis langsung mendengar kabar itu. Aku merasa aku tidak punya hati. Akhirnya aku buat diriku menangis hanya karena aku sungkan pada guruku dan temanku di ruang BK itu. Tapi itu bukan ketulusan. Aku sadar itu bukan ketulusan tapi aku berpura - pura. Mungkin aku adalah aktor yang baik dalam situasi ini. Aku berpura - pura kuat dan menghibur temanku yang lain tapi itu hanya siasatku karena aku tidak merasa kehilangan seperti mereka.
     Sampai akhirnya aku melayat ke rumahnya dengan teman - temanku. Aku sadar dia berbohong tentang kembarannya karena di rumahnya aku tidak melihat sosok yang mirip dengannya. Aku melewati batu nisan yang bertuliskan namanya dengan tanggal lahirnya dan tanggal hari itu. Aku melihat badannya yang terbujur kaku tapi masih dengan senyum di wajahnya. Aku tidak tahu harus berkata apa tapi yang kupikirkan hanya "cantik". Setelah waktu yang kita lewati, baru hari itu aku melihat wajah cantiknya karena biasanya dia berpenampilan kusam, lusuh dan tidak beraturan tatanan rambutnya.   
     Ketika aku keluar dari rumahnya, aku melihat ada beberapa wartawan. Aku tidak tahu apa yang membuat para wartawan tertarik dengan meninggalnya temanku ini sampai akhirnya aku mendengar pembicaraan temanku yang mengatakan bahwa wartawan itu menduga kematian Eve diakibatkan bunuh diri. Bunuh diri dengan menggantung dirinya karena kesulitan membayar uang sekolah yang sudah berbulan - bulan menunggak. Aku lemas karena kagetnya. Apalagi ini, fakta apa lagi yang tidak aku tahu. Aku yang mengenalnya lebih lama dan selalu pulang dengannya tidak tahu masalahnya. Padahal aku selalu memintanya membantu menyelesaikan masalahku.
     Aku pulang dengan banyak pikiran. Aku tidak mau ikut mengantar Eve sampai kuburannya karena aku merasa tidak layak mengantar kepergiannya. Aku pulang dengan banyak pertanyaan di pikiranku. Aku hanya diam dan mengenang saat - saat aku dengannya. Apa yang kita bicarakan terutama saat terakhirnya. Aku tidak tahu kenapa dia begitu manja dan ingin bicara banyak denganku di sore itu. Aku tidak tahu pada perubahan sikapnya dan kebohongannya padaku. Aku tidak sadar pada tatapan terakhirnya memandangku dengan sorot mata kesedihan yang seolah - olah ingin berkata padaku bahwa ia kesepian dan butuh aku. 
     Esoknya lagi, berita tentang kematiannya muncul di TV dan surat kabar dengan judul "Siswa SMP gantung diri". Hatiku bergetar membaca judul itu. Ada sesuatu bergejolak dalam hatiku. Rasa bersalah, penyesalan, sedih dan lainnya berkecamuk dan menjadi satu sehingga air mataku mulai turun. Aku bahkan tidak tahu dia meninggal karena pilihannya atau kehendak Tuhan.
     Ya. Waktu itu hatiku dingin sedingin es. Aku ini makhluk yang tidak bisa mengucap syukur pada malaikat yang ada di dekatku yaitu Eve. Aku tidak peduli padanya, pada masalahnya dan hanya peduli pada masalahku. Bahkan aku tidak punya fotonya meski pada saat itu sudah ada handphone yang memiliki kamera dan hanya memiliki fotonya dalam katalog sekolah. Aku tidak perhatian ketika ia sakit dan menyuruh temanku yang lain mengantarnya ke UKS karena aku takut ketinggalan penjelasan guruku. Dia yang sering dijahili anak lainnya karena kelatahannya yang menjadi bahan tertawaan dan aku tidak pernah sekalipun membelanya meski ia pernah hampir jatuh dan lemas karena terus - terusan kaget. 
     Kini, aku merasa kehilangan. Aku tidak pernah sadar aku menyayanginya. Dan penyesalanku yang masih kurasakan adalah aku tidak punya kesempatan mengatakan dan menujukkan perasaan itu padanya.
     Aku menyayangimu Eve. Terima kasih sudah menjadi temanku yang baik dan tulus. Semoga Tuhan menerimamu. Aku tidak tahu dengan cara apa kamu pergi, tapi aku berharap kamu tenang di tempat barumu. Maaf atas semua sikap dan penolakanku. Aku menyesal dan biarkan aku hidup dengan rasa ini untuk menebus kesalahanku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tuhan Satukan Kami

Satukan kami
Satu dalam kuasaMu
Sebab kami bersaudara
Biar kami satu
S’perti Kau dan Bapa satu
Dunia lihat Kau dalam kami
Jadikan kami sehati sepikir
Biar k’hendakMu jadi
‘Tuk menyatakan rahmatMu
Jadikan kami satu

Lagu sederhana tapi punya makna bagiku..
Terutama ketika dinyanyikan bersama para sahabat..
Yaitu pada komsel yang diadakan di rumah Lita saat liburan..
Disitu, kami sharing mengenai masalah maupun pertolongan yang Tuhan berikan..
Sungguh indah keluarga yang Tuhan beri ini..
Tak hentinya ingin mengucap syukur karena aku menjadi orang yang beruntung..
Beruntung karena aku memiliki mereka..
Jong, Ferdi, Daniel, Ucup, Aldo, Febri, Lita, Jong, mereka adalah anak yang mencintai Tuhan..
Disini kita saling berbagi, menguatkan, dan menegur..
Ketika akan doa penutup, kami menyanyikan lagu ini..
Inilah yang menjadi kerinduan kami agar hati kami menyatu dalam Tuhan..
Menyatu dalam kebenaran yang sejati dari Bapa..

Tuhan, terima kasih..
Terima kasih mereka telah hadir dalam dunia ini..
Terima kasih sudah mengenalkan mereka padaku..
Terima kasih karena aku mencintai mereka..
Tuhan,
Jangan hadirkan perpecahan maupun kesombongan dalam diri kami..
Biar kami bertumbuh bersama seturut kehendakMu
Aku percaya Tuhan,
mereka kado terindah yang Engkau berikan..
Sekali lagi, Terima kasih Tuhan..
Terima kasih untuk cintaMu dalam hidupku lewat mereka :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS