Menjadi Pahlawan

Selasa malam kemarin aku baru saja menonton untuk yang kedua kalinya di Surabaya. Pilihan yang kutonton adalah Dark Night Rises atau Batman. Aku tidak ingin bercerita tentang bagus tidaknya film itu tapi ada satu bagian dalam film tersebut yang begitu membekas dan mengganggu pikiranku. Yaitu bagian dimana Mr. Wayne atau si Batman yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pahlawan meskipun hanya dengan memberikan mantel pada seorang anak kecil dan mengatakan bahwa dunia belum berakhir. Dan si anak kecil itulah yang ternyata tumbuh dewasa dan menjadi Batman.
Aku begitu terganggu dengan kata – kata ini. Ya, seringkali aku ingin menjadi seorang pahlawan yang menerima banyak pujian. Menjadi pahlawan yang terkenal dan populer. Tapi aku menjadi telah belajar sesuatu tentang bagaimana menjadi pahlawan yang sesungguhnya. Menjadi pahlawan tidak butuh orang yang kuat, pintar, tampan atau cantik, lincah, hebat dsb. Setiap orang bisa menjadi pahlawan. Tapi apa itu artinya pahlawan? Menurutku pahlawan adalah orang yang mampu membuat orang di sekelilingnya merasa aman dan nyaman. Tidak perlu punya kemampuan khusus seperti Spiderman, tidak perlu kuat seperti Superman, tidak perlu peralatan canggih seperti Batman untuk bisa disebut sebagai pahlawan. Tapi bagaimana orang itu memberikan “sesuatu” kepada orang lain.
Seringkali aku menganggap bahwa pahlawan harus melakukan sesuatu yang besar dan spektakuler. Itu tidak salah tapi seorang pahlawan tidak diukur seberapa besar “sesuatu” yang diberikan pada orang lain. Ketika memberi sepotong roti pada seorang nenek yang kelaparan, menjadi pendengar pada teman yang sedang bermasalah, memberikan mantel pada anak jalanan yang kedinginan juga sudah bisa disebut sebagai pahlawan. Sesuatu yang kecil memang yang diberikan tapi merupakan sesuatu yang besar yang diterima.
Ketika berbuat baik dalam hal kecil pada orang lain, seringkali aku lupa pada apa yang pernah aku lakukan tapi aku belajar percaya kalau orang yang menerima kebaikan itu akan selalu mengingatnya. Aku berkata seperti ini karena aku sendiri mengalaminya. Aku tidak ingat ketika mengingatkan temanku untuk membawa sesuatu ke sekolah dulu tapi aku baru ingat ketika dia mengucapkan terima kasih banyak padaku karena mengingatkannya sehingga ia tidak dihukum. Bagiku itu hal biasa saja tapi baginya itu adalah sesuatu yang berkesan. Coba ingatlah kapan terakhir kali kalian memberikan “sesuatu” pada orang lain. Tidak semua orang kembali padamu dan mengucapkan terima kasih pada apa yang sudah diberikan tapi pecaya saja kalau Tuhan yang melihat apa yang dilakukan itu dan kamu telah belajar menjadi seorang pahlawan yang berbesar hati.
Ini kutulis karena aku ingin mengucapkan terima kasih pada pahlawan – pahlawanku. Banyak sekali pahlawan dalam hidupku tapi mungkin aku akan bercerita beberapa saja. Tidak tahu mereka masih mengingatnya atau tidak tapi aku tidak pernah lupa pada “sesuatu” yang mereka berikan. Ketika SMA aku sedang dalam masalah, tanpa sadar aku menangis sambil memeluk teman perempuanku. Air mata mengalir begitu saja dan teman perempuanku ini hanya diam kupeluk. Bagiku dia adalah pahlawan saat itu karena aku hanya butuh orang untuk bersandar dan dia tahu dia hanya harus diam. Saat itu juga teman laki-laki ku melihatku menangis. Karena tidak tahan, aku berlari pulang. Tidak kusangka teman laki – laki ku itu menyusul ke rumahku. Yang mebuatku terharu, dia hanya bertanya kenapa aku menangis dan khawatir.  Saat itu aku merasa Tuhan sudah menunjukkan mana sahabat yang terbaik dan aku masih berteman dengan mereka sampai sekarang karena mereka yang menyadarkanku kalau aku tidak sendirian dan mereka terus menjadi pahlawanku.
Aku juga punya pahlawan lainnya. Dia adalah orang yang mau mendengarkan ceritaku dari awal sampai akhir. Tidak peduli hari sudah sore tapi dengan sabarnya dia hanya mendengarkan sambil sekali – kali memarahiku. Bagiku dia pahlawanku karena berkat dia, untuk pertama kalinya aku menceritakan masalahku dan berani terbuka selain itu, dia percaya padaku. Pahlawan lainnya adalah temanku di kuliahku ini. Ketika itu ban motor temanku kempes saat kupakai sehingga aku harus bertanggung jawab dengan menambalnya. Aku tidak kuat kalau harus membawa motor ke tukang tambalnya tapi ada temanku yang mau menemaniku. Bagiku dia juga pahlawanku. Mereka mungkin lupa apa yang mereka lakukan tapi aku selalu ingat apa yang mereka berikan padaku karena sangat berarti.
Sosok pahlawan yang kukagumi adalah mamaku. Mama yang berjuang sendirian menghidupi keluarga yang kubilang berantakan ini. Dua kakakku yang sudah seharusnya mandiri masih meminta uang dari mama. Meskipun karena terlalu bekerja kerasnya mencari uang, aku jadi tidak bisa merasakan hangatnya keluarga tapi aku tahu karena kebutuhan keluarga juga besar. Mama punya 5 orang adik dan aku tahu ceritanya kalau mama hanya bisa sekolah sampai SMA dan harus bekerja untuk membiayai adik – adiknya sekolah. Mama melepaskan cita – citanya menjadi dokter dan bekerja hingga adik – adiknya bisa sesukses saat ini. Tapi di tengah sibuknya mama, kadang mama bisa perhatian dan aku tahu hatinya. Hatinya yang ingin melihat anaknya sukses meneruskan mimpinya untuk hidup lebih baik.
Terima kasih para pahlawanku dan terus belajar menjadi pahlawan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment